rambu ujian praktek ipa

RAMBU-RAMBU UJIAN PRAKTIK FISIKA

Ujian praktik IPA (Fisika) meliputi materi kelas VII, kelas VIII dan kelas IX yang mudah dan essensial untuk dikuasai siswa SMP Stella Duce 2.

1. Materi Kelas VII

Siswa dapat melakukan pengukuran sederhana yang bisa dilakukan dalam kejadian sehari-hari dihubungkan dengan konsep Massa Jenis
Konsep massa jenis dipahami sebagai nilai perbandingan antara massa zat dengan volumenya, atau dengan kalimat lain massa jenis sebagai nilai hasil bagi antara massa zat dengan volumenya
Secara matematis, massa jenis = massa zat/ volume zat ==> p = m/V
m = massa zat dengan satuan gram (g) atau kilogram (kg)
V = volume zat dengan satuan centimeter kubik (cm3) atau meter kubik (m3)
p = massa jenis dengan satuan gram per centimeter kubik (g/cm3) atau kilogram per meter kubik (kg/m3)
Untuk melakukan menentukan massa jenis suatu benda perlu diketahui massa dan volume bendanya.
1) Massa benda diukur dengan neraca atau timbangan. Neraca yang dapat digunakan bisa neraca pegas bisa neraca Ohous 3 lengan atau neraca bentuk lain, yang pasti pelajari dan pahami saat pertama kali melihat peralatan yang digunakan dengan cepat. Satuan massa pada neraca biasanya gram.

2) Volume benda dapat diketahui dengan menggunakan cara langsung atau tidak langsung

2 a) Cara langsung untuk mengetahui volume benda dilakukan dengan memasukkan benda ke dalam gelas ukur. Cara ini berlaku untuk benda yang bentuknya teratur maupun tidak teratur.
*) Jika menggunakan gelas ukur tak berpancuran, mula-mula gelas ukur diisi air pada volume tertentu (V1). Ketika benda dimasukkan volume air akan bertambah menjadi (V2). Sehingga Volume benda merupakan selisih antara V2 dan V1 atau ditulis :
Vb = V2 - V1
*) Jika menggunakan gelas ukur yang berpancuran, mula-mula gelas ukur diisi penuh sampai mulut pancuran dan tidak ada air yang menetes dari gelas ukur. Letakkan gelas penampung berskala yang masih kosong tepat di bawah pancuran. Ketika benda dimasukkan maka sebagian air akan meluap/mengalir ke gelas penampung. Volume benda sama dengan volume air yang terdapat pada gelas penampung.
Vb = V
2 b) Cara tidak langsung untuk mengetahui volume benda biasa dilakukan untuk benda-benda yang bentuknya teratur seperti kubus, balok, silinder, bola, kerucut dan bangun ruang lain yang berbetnuk teratur. Caranya dengan mengukur panjang sisi-sisinya menggunakan mistar kemudian dihitung dengan menggunakan rumus volume sesuai bentuk bangun ruangnya.

2. Materi Kelas VIII

Siswa mampu melakukan pengukuran yang berhubungan dengan lensa cembung
Lensa cembung mempunyai sifat mengumpulkan sinar sejajar sehingga terkumpul pada satu ttik yang disebut titik fokus.
Lensa cembung mampu membentuk bayangan nyata maupun bayangan maya dari benda yang terletak di depan lensa. Bayangan nyata dibentuk jika benda terletak di ruang benda II, III dan IV, sedangkan bayangan maya dibentuk jika benda terletak di ruang benda I.
Ruang benda I yaitu ruang antara lensa sampai titik fokus (lensa - fokus ==> O - F)
Ruang benda II yaitu ruang antara fokus sampai titik kelengkungan lensa (F - 2F)
Ruang benda III yaitu ruang yang lebih jauh dari titik kelengkungan lensa ( > 2F)
Ruang benda IV yaitu ruang benda maya karena berada di belakang lensa
Besaran-besaran yang dapat diukur dari lensa cembung adalah :
Jarak benda (So), Jarak bayangan (Si), Jarak fokus (f), Jari-jari kelengkungan lensa (R), tinggi benda (ho), tinggi bayangan (hi), perbesaran bayangan (Magnitude - M) dan kekuatan lensa (K).
Hubungan antara besaran-besaran tersebut adalah :
1/f = 2/R
1/f = (1/So) + (1/Si)
K = 1/f
M = Si/So = hi/ho
persamaan praktis yang biasa digunakan :
R = 2f
f = (So x Si)/(So + Si)
Si = (So x f)/ (So - f)
M = f/(So - f)

3. Materi Kelas IX

Siswa mampu melakukan pengukuran besaran-besaran listrik dalam suatu rangkaian sederhana
Rangkaian listrik sederhana dapat dibedakan menjadi rangkain seri dan rangkaian paralel.
Rangkaian seri memiliki ciri sambung menyambung secara berurutan membentuk lingkaran tak terputus. Jika salah satu rangkaian terputus atau salah satu bagian rangkaian mati maka seluruh rangkaian akan mati atau tidak mengalirkan arus. Sedangkan rangkaian parallel memiliki ciri sambungan bercabang atau dari satu titik dipecah menjadi beberapa cabang dan akan bertemu pada satu titik diujung lain. Dengan demikian jika salah satu cabang terputus atau salah satu bagian dalam cabang mati maka rangkaian pada cabang lain akan tetap mengalirkan arus.
Pengukuran besaran listrik dasar yang biasa dilakukan adalah pengukuran kuat arus, pengukuran beda potensial (atau tegangan) dan pengukuran nilai hambatan. Pengukuran dasar ini dilakukan dengan multimeter (atau multitester atau AVOmeter)
AVOmeter artinya alat ini terdiri atas Amperemeter (alat pengukur kuat arus) - Volmeter (alat pengukur beda potensial) - Ohmmeter (alat pengukur hambatan)
Amperemeter dipasang secara seri dalam rangkaian yang akan diukur.
Voltmeter dipasang secara parallel dalam rangkaian atau bagian yang akan diukur
Ohmeter dipasang pada ujung-ujung hambatan ketika tidak sedang mengalirkan arus listrik
Berikut ini gambar pemasangan Amperemeter dan Voltmeter pada rangkaian :

AVOmeter ada yang analog (dengan jarum penunjuk) atau yang digital (angka hasil ukur langsung terbaca). Pada ujian praktik digunakan alat ukur analog.
Pengaturan AVOmeter sebagai Amperemeter dilakukan dengan mengatur posisi batas ukur pada bagian yang bertuliskan DCmA, posisikan pada angka tertinggi (250 atau 500) sesuai yang tersedia.
Pengaturan AVOmeter sebagai Voltmeter dilakukan dengan mengatur posisi batas ukur pada bagian yang bertuliskan DCV (untuk tegangan searah - DC) atau ACV (untuk tegangan bolak balik - AC dari PLN), posisikan pada angka diatas yang akan diukur.

Cara membaca hasil pengukuran AVOmeter :
(angka yang ditunjuk jarum dibagi angka skala maksimum yang dibaca) dikalikan batas ukur yang digunakan
hasil ukur = (angka ditunjuk jarum / angka skala maksimum digunakan) x batas ukur
Demikian gambaran rambu-rambu materi ujian praktik IPA, semoga membantu.

Post a Comment